Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Cinta adalah Cinta

Aku tau cinta itu adalah anugerah terindah dari Tuhan. Tapi ternyata, aku belum merasakan anugerah terindah itu sendiri. Beberapa kali jatuh cinta, Namun cinta itu tidak tampak nyata. Ada cinta tapi ternyata mengagumi Ada cinta tapi tidak pernah bisa serius Ada cinta tapi hanya terjebak obsesi Ya, obsesi. Aku terkadang berfikir, cinta dan obsesi untuk memiliki itu sangat tipis untuk di terka. Cinta? Yakin engkau cinta? Sayang? Yakin sayang itu cinta? Tulus? Yakin tulus itu bisa terukur kedalam cinta? Nyaman? Yakin kenyamanan itu karena cinta? Peduli? Yakin peduli arti dari cinta itu sendiri? Terkadang, semua itu muncul karena obsesi. Entah karena hati mu sepi, atau kau sedang menyayangi seseorang, namun bukan cinta. Tapi karena engkau terlalu baik untuk peduli. Obsesi untuk memiliki apalagi. Nanti, ketika engkau menyatakan cinta, tapi engkau tidak sadar itu adalah sebuah obsesi, Perasaan jenuh dan peduli akan datang dan pergi. Bukan sesekali, namun sering. Jika sesek...

Jatuh Cinta

Sesungguhnya, aku rada benci dengan jatuh cinta Namun, itu menyenangkan Anomali setiap harinya, jari jemari berlilit bagai tali Paradoks pikiran yang menyebalkan namun menggugah senyum Aku benci jatuh cinta tapi aku bahagia jatuh cinta Jatuh cinta biasa saja, namun tidak biasa dalam hati Aku berjibaku dengan hal irasional, tapi aku kehilangan pikirku Aku..bingung, jatuh cinta kah aku? Atau pengalihan isu? Yogyakarta, 21 Januari 2014 Karya achmad maulana sirojjudin @maulshiro

ini tentang cinta, cinta dan cinta, aku, kamu dan kita.

Pertama kali aku merasakan cinta, saat itu ketika aku masih belum mengerti apa arti cinta itu sendiri. aku mengagumi seseorang sejak lama. Tapi aku rasa ini bukan cinta, hanya mengagumi. Tapi perasaan ini berjalan terus sampai 1/4 windu. Rasanya, aku bahagia ketika bertemu dia. Ya bahagia. Sampai suatu saat, tanpa komitmen, kita berjalan begitu saja. Semua perasaan, suka dan duka semua bercampur jadi satu. saat itu cinta kita terpisah karena jarak. Bukan hanya jarak waktu dan tempat, tapi karena alasan lain juga. Tapi aku selalu bahagia mengenangnya. Hingga suatu saat, ada faktor lain, bukan, bukan hal yang menyimpang Justru ini hal yang baik yang memisahkan kita. Aku berubah menjadi sok baik dan sok benar. Seakan cinta kita tidak bisa disatukan lagi. Padahal aku selalu ingin bersama. Saat itu, bukan diriku menentukan. Aku menjadi orang lain. Lebih dari 365 hari, hati ku sepi. Tidak ada yang mengisi kekosongan ini. Hanya Tuhan yang selalu menenangkan aku. suatu h...