Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2014

Mata Dari Balik Lensa

Kamu mungkin memang selalu ragu menatap lama Sepertinya bagimu,mata sangat berharga Hai, kami ada disini Tapi mengapa mata mu berada kearah berbeda Lambaian tanganku tak cukup menyentuh mata mu,kah? Hai, Kau menyukai sebongkah kamera Melihat buana dari sebuah lensa Sepertinya aku tau Kau berani menatap dari balik kaca kecil itu Melihat bola mata dari sudut yang berbeda Dan menyentuh nya dengan hati yang berbinar Namun itu akan terasa bahagia Karena engkau memperhatikan lama tanpa ia tau matamu diam diam berbicara Tapi bergeraklah kawan. Terkadang cinta itu datang sembari bertatap dalam Aku yakin, suatu saat akan datang Ketika kau menembus sebuah dinding Berani menatap tanpa setitik penghalang Dan mendapatkan satu bidadari yang ingin kau tatap lama Terinspirasi dari sahabat karib tebo @arditebo si abang fotografer, bernama matius @matiusmustacho yang kayaknya ga pernah pisah sama kamera nya dan yang kata nya tebo nggak berani natep mata cewe dari pas masih embrio :...

Lelapnya Ayah di Ruang Tunggu

Hari ini aku sedikit bosan bercengkrama didalam sebuah ruangan yang ramai, tapi sebenarnya sunyi. Kita tidak tahu apa yang dibicarakan, dan hanya berdiskusi dengan keegoisan diri. Aku keluar dari dalam ruangan, mencari sebuah pemandangan yang lebih asri. Namun aku hanya melihat seorang pria, setengah abad, duduk tertidur dengan lelahnya. Itu Ayah. Ayah diruang tunggu, tertidur lelap. Aku menegurnya sekejap. Berdiri disampingya, dan ingin memeluknya, namun aku malu. Heran, apakah rindu itu selalu sulit diungkapkan? Aku sudah terlalu lama bergerak, sampai aku lupa kapan terakhir memeluknya dengan erat. Tidurnya Ayah, membuat aku ingin ke tempat sepi dan menangis. Selama ini aku ingin merasa lelah dan mengeluh, tentang apa yang tidak aku miliki, dan orang lain punya yang lebih. Selama ini aku ingin berteriak bahwa aku tidak ingin merasakan susah ini. selama ini aku ingin menangis hebat karena aku ingin semua ini berakhir. Selama ini aku ingin rasanya membuat rasa syukur m...

Sehelai Rambut Putih Mama

Pagi ini, kami bercermin bersama. Hari ini, aku ingin berpergian menghabiskan waktu dengannya. Mama, Ia selalu terlalu cantik. Aku berdiri dibelakangnya, dan ia memintaku untuk mencabut sehelai rambutnya yang memutih. “Ma, ada banyak yang warna putih.. aku cabut satu saja ya yang ini” Entah, ini membuat aku terdiam. Mungkin maksud mama, ia hanya meminta tolong kepadaku untuk membuang sehelai rambutnya. Tapi bagi ku, sehelai itu sungguh sangat bermakna. Aku sudah tumbuh besar, sampai-sampai banyak sekali helaian rambut putih mama terlihat. Aku berfikir, bahwa mama ingin melihat sehelai rambut putih mama, agar aku mengerti, bahwa ia tidak lagi muda. Dan aku harus segera mencapai semua mimpi yang selama ini ia idamkan. Di perjalanan, kami bercengkrama bersama, tapi isi hati ku melangla buana menembus langit cerah hari ini. Di atas sana mungkin mereka berdebat, apa yang harus diperjuangkan terlebih dahulu. Lagi-lagi aku teringat pada beberapa helai rambut putih mam...