Sehelai Rambut Putih Mama

Pagi ini, kami bercermin bersama.
Hari ini, aku ingin berpergian menghabiskan waktu dengannya.
Mama,
Ia selalu terlalu cantik.

Aku berdiri dibelakangnya, dan ia memintaku untuk mencabut sehelai rambutnya yang memutih.
“Ma, ada banyak yang warna putih.. aku cabut satu saja ya yang ini”

Entah, ini membuat aku terdiam. Mungkin maksud mama, ia hanya meminta tolong kepadaku untuk membuang sehelai rambutnya. Tapi bagi ku, sehelai itu sungguh sangat bermakna.
Aku sudah tumbuh besar, sampai-sampai banyak sekali helaian rambut putih mama terlihat. Aku berfikir, bahwa mama ingin melihat sehelai rambut putih mama, agar aku mengerti, bahwa ia tidak lagi muda. Dan aku harus segera mencapai semua mimpi yang selama ini ia idamkan.

Di perjalanan, kami bercengkrama bersama, tapi isi hati ku melangla buana menembus langit cerah hari ini.
Di atas sana mungkin mereka berdebat, apa yang harus diperjuangkan terlebih dahulu.

Lagi-lagi aku teringat pada beberapa helai rambut putih mama yang membuatku merasa bersalah.

Aku mungkin bukan gadis kecilnya lagi. Kelak suatu saat aku akan menjadi pengganti Papa, yang harus menghidupinya dan adik kecilku, bahkan mulai akhir-akhir ini. Dan hari ini pun, aku sangat-sangat merasakan, betapa sulit untuk membahagiakan orang yang disayangi, ketika kita sudah harus berjuang sendiri mencari.

Hari ini kita berbicara banyak. Mama mengajarkan aku tentang cinta, dan bagaimana seharusnya mencintai. Intinya, Mama tidak ingin aku menyakiti siapapun yang mencoba untuk mencintaiku.

Hari ini Mama berbicara tentang Papa yang ternyata selalu memberikan perhatian kecil kepadaku meskipun kita sangat jarang bertemu.

Hari ini Mama berbicara tentang kegigihan Papa. Dan bercerita tentang bagaimana dia menilai pria yang selama ini pernah ada di bagian hidupku. Beberapa kalimat yang membuat aku merasa sangat beruntung memiliki Papa sepertinya.
“Ma, Papa itu laki-laki, dan tau bagaimana seorang laki-laki itu”

Bukan, ini bukan masalah tentang sebuah pengekangan, tapi ini tentang Papa yang takut kehilangan putri satu-satu nya ketika nanti aku sudah dimiliki orang lain. Dan ini juga tentang Papa yang menjaga hatiku, dari sebuah kata “sakit hati”.

Hari ini juga, aku merasa sangat hina.
Entah, aku seperti tertampar oleh besarnya badai salju. Dingin, sakit, dan sedih.

Selama ini, aku seperti pergi mencari sebuah kesenangan untuk hati ku sendiri, tanpa pernah memikirkan perjuangan Papa dan Mama, sampai aku merasakan sendiri, bagaimana mereka berusaha membahagiakan aku.

Sepertinya jiwa dan raga ku sedang terbang ke masa lalu, dan melihat seluruh cerita tentang Mama dan Papa. Dan aku sedang melihatnya dalam doa.

Kenapa aku merasa bersyukur ketika aku sedang dalam kesedihan saja?
Aku teringat perbincangan Mama dengan buliran air mata, bahwa ia tidak pernah meminta sebuah materi, tidak pernah ingin gaji ku ketika kelak kerja nanti, Ia hanya ingin sebuah kebahagian, sebuah perasaan bahagia, bukan sebuah bentuk berwujud.

Kebahagiaan tidak pernah bisa dibeli dengan materi. Itu kepuasan namanya, bukan sebuah kebahagiaan.
Lalu aku memeluknya erat dengan penuh tangis.

Sekali, lagi, sehelai rambut putih Mama menguatkanku.
Tunggu sebentar lagi Ma, Pa, aku tidak akan pernah mau berhenti untuk bisa terus membahagiakan mu.


"Mama's Song"
CARRIE UNDERWOOD

Mama, you taught me to do the right things. 
So, now you have to let your baby fly.
 
You've given me everything that I will need.
 
To make it through this crazy thing called life.
 
And I know you watched me grow up,
 
and only want what's best for me.
 
And I think I found the answer to your prayers.


 Pamulang, 17-04-2014
cuaca yang menangis hari ini, setengah gelap, namun terang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Persiapan Menikah Dengan Tabungan Sendiri

Dayak Ethnic Exhibition . I got a new family ! (Part 2)

Persiapan Sebelum Pernikahan, Pendaftaran KUA Juli 2017