BANTENKU :''(
Sepanjang perjalanan dari
pandeglang menuju tangerang, saya melihat begitu banyak slogan yang dikeluarkan
oleh para penguasa-penguasa banten, seperti "banten bersatu" ,
"mari membangung banten bersama" , dan sebagainya. Sepertinya kita
sebagai masyarakat banten, telah menaruh harapan yang terlalu besar untuk apa
yang telah kita pilih dalam pemilihan gubernur banten. Padahal diawal, kami
amat sangat percaya, terhadap apa yang mereka bicarakan, terhadap apa yang
mereka promosikan. Memang, hampir semua calon pemimpin pasti seperti itu,
setelah terpilih, semua yang telah diucapkan seakan dibuang kembali
mentah-mentah, lalu tinggal kami, masyarakat yang merasakan dampaknya.
"Membangun banten bersama" . Ya memang kami akan bersama-sama
membangun banten, tapi, itu bukan karena bantuan mereka, melainkan, kebersamaan
kami, masyarakat banten untuk membangun banten, demi kami sendiri, karena kami
setiap hari berjalan dibanten,berkerja dibanten,bersekolah dibanten, dan tidur
juga dibanten. Setelah pemilihan umum selesai, kami melihat proses. Apakah
janji itu semuanya benar? . Kami hanya diam, diam menjalani kehidupan dengan
jalan-jalan raya yang berlubang, diam dengan berusaha membersihkan sisa banjir
yang masuk kerumah kami, diam dengan terus berusaha menjual minuman dan makanan
di dalam bus, diam dengan berteriak-teriak memanggil penumpang ke dalam mobil
angkutan, diam dengan berusaha sekuat tenaga, membenahi keluarga kami. Lama
kelamaan kami mulai bosan. Bosan dengan menunggu terealisasinya janji mereka
yang sebenarnya kami hanya menunggu harapan yang sangat kosong. Dengan sloga,
"bersama membangun banten" sedikit demi sedikit kami berkumpul,
mengeluhkan apa yang terjadi pada banten kami tersayang. Kami terlalu naif jika
tidak mempedulikan banyaknya kecelekaan yang terjadi akibat jalanan yang
berlubang. Kami berkumpul, kami bicara, kami berusaha, membuat tidak ada lagi
jalanan berlubang dengan cara menimbun mereka dengan kerikil-kerikil serta
tanah dan pasir, meskipun kami tau, lubang itu akan segera timbul lagi,
setidaknya mereka bisa bertahan, sampai pemimpin kami sadar dan membetulkan
jalan-jalan yang rusak. Tapi ternyata, semakin menunggu semakin lama,
lubang-lubang itu muncul kembali, dan bertambah semakin banyak. Banten ku
malang. Wahai pemimpin kami. Kami telah berusaha sekuat tenaga, "bersama
membangun banten" untuk kenyamanan dan keindahan kota kami sendiri. Namun,
mereka tidak bisa indah secara permanen. Wahai pemimpin kami, kami tidak
meminta harapan yang banyak dan besar bagi banten kami. Tapi, kami hanya
meminta mari kita bersama membangun banten, karena kalian lah pemimpin kami,
karena ternyata tanpa kalian, banten kami tidak bisa indah secara permanen, dan
karena, membangun banten bersama-sama lah adalah tujuan utama kalian . Dan
karena kami lah yang membayarkan upah kerja kalian, kalian juga hidup dari
hasil keringat kami, dan kami berusaha sendiri sampai peluh kami kering demi
kehidupan keluarga kami, dan berharap banten kami menjadi lebih indah.
Komentar
Posting Komentar